Pasangan emas putra layar, Riski Rahmadani dan Nugie Triwira ikut menjadi pahlawan di ajang PON XX Papua. Karena turut menyumbangkan medali emas di kelas Internasional (INT) 470 untuk kontingen Kaltim.

SUMARNI,Tanjung Redeb

MESKI perahu layar yang dikemudikan tak sebagus dan secanggih peserta lainnya, Riski dan Nugie tetap mampu membuktikan bahwa mereka bisa tampil jauh lebih baik. Hingga berhasil menyumbangkan medali emas.

Sebenarnya hasil yang ditorehkan di PON tahun ini cukup mengejutkan pasangan yang baru naik kelas di INT 470 ini, khususnya bagi Riski sendiri.

"Semua orang terkejut, semua orang  bangga, ikut senang atas keberhasilan kami. Kenapa? Karena pemain yang menang di kelas 470 itu bukan orang-orang itu saja," katanya. 

"Karena memang dulu yang dominan itu pemain-pemain asal DKI Jakarta. Sekarang kami naik, buka jalan buat yang lain, bahwa bukan mereka-mereka saja yang kuat, provinsi lain juga masih bisa," sambungnya.

Sebutnya, kelas yang dikemudikannya merupakan kelas senior, sehingga pesaingnya tak lain adalah orang-orang yang memiliki jam terbang lebih banyak.

Salah satu di antaranya ialah pemain eks Sea Games 2017 maupun Asian Games. Meski begitu, Riski maupun Nugie enggan berkecil hati. Mereka tetap bisa menunjukkan bahwa, dengan perahu layar seadanya bukan berarti tak mampu memberikan prestasi cemerlang.

"Cukup berat sebenarnya bagi kami. Tapi hal itu tidak menyurutkan semangat saya ataupun Nugie. Karena memang dari segi peta kami masih tetap di atas angin," katanya dengan percaya diri.

Keyakinan akan kemampuan pasangan ini memang sudah terlihat sejak Pra-PON (kualifikasi) yang diikuti. Saat itu mereka sangat percaya diri dan bisa mengunci posisi puncak. "Alhamdulillah bisa memberikan prestasi yang sama saat di PON," ucapnya.

Keberhasilan yang diraihnya pun, tidak lepas dari banyaknya suntikan semangat kepadanya, mulai dari para pelatih, serta orang-orang terdekatnya yang selalu mengingatkan untuk tidak patah semangat.

"Walaupun perahu tua atau layar tua, tapi kami tetap giat berlatih. Kami cukup optimistis bisa dapat emas, dan hasilnya kami masih bisa," jelas lelaki kelahiran 28 Februari 1996 itu.  

 

 

Tambahnya juga, meski sempat pesimistis melihat kondisi alat sarana pemain lebih baik, tetapi kata Riski melihat dari sisi kemampuan dengan mereka tidak jauh berbeda. 

Berbicara soal latihan, sebetulnya dia sudah mulai bersiap setelah PON 2016 lalu. Namun saat itu, latihannya belum begitu Intens, hanya lima kali dalam sepekan. Ditambah sejak pandemi membuat latihan sempat libur selama dua hingga tiga bulan.

Katanya juga, tentu hasil itu juga akan sulit terwujud tanpa adanya dukungan semua pihak, utamanya Bapak Teddy Abay dan Ibu Santi.

Ajang itu juga sebutnya menjadi sangat berharga, karena banyak ilmu yang juga dia ambil dari para peserta lainnya. "Dari itu saya dapat pengalaman dan ilmu yang saya belum dapat sebelumnya," tambah Nugie. 

Di sisi lain, kepada awak media ini Nugie juga mengutarakan ingin sekali membahagiakan kedua orangtuanya  dan membuktikan diri bisa menjadi yang terbaik. "Saya ingin menunjukkan bahwa anak buah Bapak Teddy dan Ibu Nursanti ini bisa berjuang di kancah nasional," tuturnya.

Nugie yang saat ini sudah bergabung sebagai anggota TNI Angkatan Darat ini, memiliki harapan bisa main di ajang yang lebih besar seperti Olimpiade. "Tapi target terdekat saya saat ini adalah mengikuti seleksi Sea Games," tutupnya.(*/bersambung/sam)