TANJUNG REDEB – Masih tingginya kasus stunting di Kabupaten Berau, dianggap anggota Komisi I, DPRD Berau, Ratna permasalahan klasik. Karena setiap tahun persoalan tersebut tak kunjung diselesaikan pemerintah kabupaten.
Angka stunting di Berau yang masih cukup tinggi, sempat menjadi perhatian Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), Muhadjir Effendy. Setelah ia berkunjung ke RSUD dr Abdul Rivai Tanjung Redeb beberapa waktu lalu.
Menurut Ratna, masalah stunting ini hampir setiap tahun selalu ada di Berau. Sehingga sudah seharusnya menjadi perhatian dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Berau.
“Kami dari DPRD berharap Pemkab Berau melalui Dinas Kesehatan Berau, bisa memberikan perhatian khusus untuk masalah ini,” katanya kepada awak media.
“Beri edukasi ke masyarakat betapa pentingnya mempersiapkan tumbuh kembang buah hatinya sejak dalam kandungan hingga melahirkan,” sambungnya.
Dikatakan politisi Partai Golkar ini, stunting sebenarnya bisa diminimalisir. Jika orangtua khususnya ibu, paham dan mengerti bagaimana pemenuhan gizi yang benar bagi calon buah hatinya. Salah satunya dengan mempersiapkan sejak masa kehamilan.
“Kita selalu koordinasi dengan Dinkes untuk menekan angka stunting ini. Dan sudah banyak upaya yang dilakukan, mulai dari posyandu di setiap kampung dan kecamatan untuk memberikan informasi seputar stunting, dan agar para ibu yang sedang mengandung lebih rutin memeriksakan kandungannya,” tuturnya.
Sebelumnya, Permasalahan stunting di Berau harus benar-benar menjadi perhatian khusus. Menurut data Dinas Kesehatan (Dinkes) Berau, angka stunting di Berau pada semester satu mencapai 18,80 persen dari 4.366 balita yang diperiksa.
Menurut Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinkes Berau, Lamlay Sari, masalah stunting banyak penyebabnya, seperti si ibu mengalami anemia, hipertensi, stres, hingga permasalahan Covid-19 di mana banyaknya posyandu yang sempat tidak melakukan pelayanan.
“Saya tekankan di sini, posyandu itu kewenangan dari kelurahan, camat, maupun kepala kampung. Bukan milik Dinkes,” ujarnya, Minggu (21/11) lalu.
Selain permasalahan tersebut sebutnya, faktor usia si ibu juga cukup berpengaruh pada kelahiran anak. Usia di bawah 25 tahun dan di atas 35 tahun, menjadi sangat rentan anak mengalami stunting.
“Jadi stunting itu berbeda dengan gizi buruk. Nah stunting itu lebih ke panjang badan si anak,” jelasnya.(aky/arp)