SEGAH – Tingginya intensitas hujan di hulu Sungai Segah pada Jumat (7/1) malam, membuat satu dermaga di Kampung Punan Mahakam, Kecamatan Segah longsor dan hanyut terbawa arus deras.

Warga Kampung Punan Mahakam RT I Ridho menerangkan, banjir terjadi mulai Jumat malam. Beruntung saat air pasang tidak masuk sampai ke rumah warga, melainkan hanya sampai di perkarangan.

“Hanya ada satu rumah yang terkena banjir hingga masuk (ke rumah, red), namun yang lainnya hanya dibagian perkarangan,” ujarnya kepada awak media Sabtu (8/1).

Sementara itu, Kepala Urusan (Kaur) Pembangunan dan Perencanaan, Nyuk membenarkan dermaga yang ada saat ini hanyut dibawa arus deras, akibat hujan beberapa waktu lalu. Sehingga kemungkinan besar dermaga tersebut akan ditutup sementara.

“Kemungkinan akan ditutup sementara dermaganya, karena memang pondasi dermaga itulah yang longsor sehingga kita hanya bisa memberi imbauan kepada masyarakat ” ujarnya Nyuk.

Hingga kemarin, ketinggian air di sungai mulai turun, dan akses jalan menuju kampung masih bisa dilalui. Hanya saja, bila hujan di bagian hulu masih terjadi, kemungkinan sungai akan kembali meluap dan tidak menutup kemungkinan akan terjadi banjir.

Ditanya terkait pengungsian?  Ia menyebut warga masih menepati rumahnya masing-masing, namun pihaknya tetap mengantisipasi jika sewaktu-waktu terjadi ketinggian air naik ke permukiman masyarakat.

“Hingga saat ini warga masih menempati rumahnya masing-masing, namun kami tetap mengantisipasi bila sewaktu waktu air kembali naik,” kata dia.

Sebelumnya, Forecaster Badan Meteorologi, Klimatorologi dan Geofisika (BMKG) Berau, Suryadi mengatakan, saat ini cuaca di Kabupaten Berau masih keadaan La Nina. Bahkan, Desember dan Januari disebutnya puncak musim penghujan dan fenomena La Nina.

“Kenapa saat ini sering terjadi hujan dan cuaca tidak menentu, karena memang ini puncaknya La Nina maka dari itu sering terjadi turunya hujan,” ujarnya kepada Berau Post, Rabu (5/1) lalu.

Dirinya juga menjelaskan, berdasarkan monitoring terhadap perkembangan terbaru dari data suhu permukaan laut di Samudra Pasifik bagian tengah dan timur, menunjukkan nilai anomali telah melewati ambang batas La Nina, yaitu sebesar -0.61 pada dasarian.

Kondisi ini berpotensi untuk terus berkembang dan harus segera bersiap menyambut kehadiran La Nina 2021/2022 yang diprakirakan akan berlangsung dengan intensitas lemah - sedang, setidaknya hingga Bulan Februari 2022.

Didasarkan pada kejadian La Nina tahun 2020 lalu, hasil kajian BMKG menunjukkan bahwa curah hujan mengalami peningkatan pada November- Januari terutama di wilayah Sumatra bagian selatan, Jawa, Bali hingga NTT, Kalimantan bagian selatan dan Sulawesi bagian selatan. Maka La Nina tahun ini diprediksikan relatif sama dan akan berdampak pada peningkatan curah hujan bulanan berkisar antara 20 - 70% di atas normalnya.

"Dengan adanya potensi peningkatan curah hujan pada periode musim hujan tersebut maka perlu kewaspadaan dan kesiapsiagaan terhadap potensi lanjutan dari curah hujan tinggi yang berpotensi memicu bencana hidrometeorologi,” tuturnya.(aky/arp)