TANJUNG REDEB – Kasus Orang Dengan Ganguan Jiiwa (ODGJ) yang dipasaung di Kabupaten Berau masih cukup marak. Karena dianggap membahayakan orang di sekitarnya.
Misalnya seperti belum lama ini ODGJ di Kelurahan Karang Ambun yang telah berhasil di evakuasi untuk diberi penanganan. Di mana saat ini penangnan bisa dilakukan di pusat kesehatan masyarakat (PKM) dan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Abdul Rivai untuk ditangani.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Berau, Iswahyudi mengatakan, beberapa kasus pasien ODGJ yang dipasung sudah dapat ditangani PKM maupun Rumah sakit. Karena sejauh ini banyak kasus yang sudah ditangani serta pasien berangsung membaik.
“Walapun masih ada dua kasus yang menjadi Pekerjaan rumah (PR), yakni masih sulit untuk dipulangkan atau dinyatakan sembuh,” ujar Iswahyudi Sabtu (9/1) lalu.
Ia mengakui, saat ini masih ada proses penanganan pasien ODGJ . Karena ia menilai masih cukup berbahaya untuk memulangkan pasien yang sudah ada, dikarenakan masih banyak pertimbangan serta ada syarat yang belum terpenuhi untuk pasien itu.
“Kami masih sosialisasikan terus dengan pihak keluarganya dan bekerja sama dengan pihak rumah sakit juga, untuk melihat perkembangan para pasien ODGJ” katanya.
Iswahyudi mengakui, pasien yang terhitung masih parah penyakitnya masih ditangani di rumah sakit. Sebab, kondisi mental yang belum stabil masih mempengaruhi dan perlu penanganan lebih lanjut.
“Peran serta keluarga juga tidak kalah penting dalam proses penangan pasien ODGJ ini. Jadi kita akan ikut sertakan keluarga dalam poses penangannya,” jelasnya.
Berkaca pada beberapa kasus penangan ODGJ, dirinya menyebut sudah beberapa kali terbukti berhasil dengan mengikutsertakan pihak keluarganya. “Jadi tidak hanya sebatas bantuan dari rumah sakit saja, tapi keluarga juga dapat mempengaruhi,” tegasnya.
Dirinya berharap, apabila mengahdapi ODGJ, sebaiknya dimulai dari pihak keluarga dahulu. Apabila mendapatkan kendala, bisa dirujuk ke Puskesmas atau ke RSUD.
“Karena di rumah sakit pun harus tertangani dengan benar. Tidak hanya masuk krangkeng saja, akibatnya nanti sama saja. Yang menjadi kunci sebenarnya adalah peran serta keluarga,” tutupnya. (aky/arp)