TANJUNG REDEB – Sampai saat ini serapan beras lokal masih dinilai rendah dibandingkan yang didatangkan dari luar Berau.

Hal tersebut menjadi perhatian dari Perusahaan Umum (Perumda) Badan Urusan Logistik (Bulog) dan Dinas Koperasi, Perindustrian, dan Perdagangan (Diskoperindag) Berau.

Diakui Kepala Diskoperindag Berau, Salim, masyarakat Berau memang masih lebih memilih untuk mengonsumsi beras dari luar Berau.

Untuk itu menurutnya, perlu ada langkah-langkah yang tepat untuk menghadapai hal ini, agar beras petani-petani Berau bisa lebih sejahtera. “Di lapangan beras lokal kita masih sangat kalah dengan beras luar,” ujarnya, Senin (24/1).

Bahkan disebut Salim, berdasarkan informasi yang dia terima dari jajarannya, di Kampung Buyung-Buyung saja masih terdapat sisa beras yang tidak tersalurkan sebanyak 200 ton.

Sebenarnya, sempat ada upaya untuk mewajibkan Aparatur Sipil Negara (ASN) di lingkup Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Berau untuk mengonsumsi beras lokal.

Namun hal itu belum dapat diterapkan, karena masih dalam perumusan. “Mungkin nanti kalau sudah ada SK-nya (Surat Keputusan) soal kewajiban ini, baru bisa kita tekankan lagi. Sementara masih kita imbau saja dulu,” sebutnya.

Sementara Kepala Perum Bulog, Apriansyah, mengaku siap membantu Pemkab Berau dalam menyalurkan beras lokal, jika sudah memiliki pasar yang jelas. "Pada dasarnya, Bulog siap untuk menyerap dan mengedarkan beras lokal," singkatnya.

Terpisah, Wakil Ketua I DPRD Berau, Syarifatul Syadiah mengatakan, dalam hearing kemarin dilakukan memang dilakukan untuk mengumpulkan ide atau gagasan apa yang harus dilakukan untuk menindaklanjuti permasalahan beras lokal yang sulit terserap.

“Kita rapat bersama stakeholder yang ada. Bertukar pikiran, apa yang harus dilakukan agar beras kita bisa menjadi komunitas unggulan,” ujarnya.

Dari hasil pertemuan itu, ada beberapa masukan yang diterima, salah satunya meminta kepada bupati untuk bisa membuat Surat Edaran (SE), agar para ASN yang ada di Kabupaten Berau dapat mengonsumsi beras lokal.

“Jadi kita sudah sepakat meminta ibu bupati untuk bisa membuat aturan agar beras lokal bisa terjual di pasaran,” katanya.

Dikuinya, memang saat ini beras lokal belum bisa bersaing dengan beras luar daerah karena beras lokal belum sepenuhnya sempurna, seperti masih ada kerikil di dalam beras, maupun gabahnya.

“Kadang juga berasnya berdebu, itu yang menjadi keluhan mengapa beras kita belum bisa bersaing,” jelasnya.

Ditambah dengan masih banyaknya stok beras petani sebagaimana yang diutarakan dalam hearing, tentu solusi tersebut menjadi pilihan tepat untuk jangka pendek.

Sambil petani dibantu dengan pemerintah, terus berinovasi, guna meningkatkan kualitas beras, agar pemasarannya dapat dilakukan lebih luas lagi.

“Sebenarnya enak saja berasnya, hanya saja memang kadang masih ada kerikilnya. Itu kita maklumi saja karena mereka masih manual,” tandasnya.(aky/sam)