TANJUNG REDEB – Meski pemerintah sudah berupaya menyamaratakan harga minyak goreng menjadi Rp 14 ribu per liter, namun hal itu belum berlaku pada pedagang toko tradisional maupun di Pasar Sanggam Adji Dilayas (SAD).

Salah satu pedagang Pasar SAD Murtini, mengaku kalau dirinya kurang setuju jika harus menurunkan harga minyak goreng yang dibelinya dengan modal lebih besar sebelumnya menjadi Rp 14 ribu per liter.

Saat ini, dirinya mengaku masih menjajakannya paling murah seharga Rp 20 ribu. “Kalau sekarang saya belum bisa untuk mengikuti harga pemerintah. Saya rasa kurang adil instruksi tersebut,” katanya ditemui kemarin (25/1).

Ia berharap agar instansi terkait di daerah tidak memaksa pihaknya untuk menurunkan harga, karena hal itu sama saja merugikan para pedagang.

Tapi, dirinya tentu akan mengikuti kebijakan tersebut jika stok mereka sudah habis, dan mendapatkan  barang baru yang harganya jauh lebih murah. “Kami bisa ikuti itu, tapi ya tunggu barang baru,” jelasnya.

Hal senada juga diutarakan pedagang lainnya, Fahmi. Menurutnya, dengan setarakan harga itu sama saja dengan merugikan para pedagang.

“Senang kalau harga minyak goreng turun, tapi kalau kami harus ikut menyesuaikan ya sulit juga,” jelasnya.

Diwartakan sebelumnya, pasca pemberian subsidi dari pemerintah, harga minyak di sejumlah ritel modern di Kabupaten Berau juga sudah mulai dijual dengan harga Rp 14 ribu.

Hal itu memancing antusias masyarakat untuk membeli, hingga sejumlah ritel modern yang berada di Jalan Durian III kehabisan persediaan.

Aksi borong itu pun tidak ditampik Kepala Dinas Koperasi, Perindustrian, dan Perdagangan (Diskoperindag) Berau, Salim.

“Iya, saya sudah tahu tentang habisnya minyak goreng dengan cepat. Terkait stok yang ludes dalam waktu sekejap. Tapi kita juga tidak bisa berbuat apa-apa,” ujarnya ditemui usai mengikuti rapat di kantor DPRD Berau, Senin (24/1).

Menurutnya, momen tersebut memang sudah sangat dinati-nanti oleh masyarakat, bahkan disebutnya hal itu tidak hanya terjadi di Berau saja, di daerah-daerah lain juga katanya terjadi hal serupa. "Stok mereka (ritel, red) terbatas, sedangkan jumlah pembeli juga tidak bisa kita batasi," sebutnya.

Dirinya berharap, dengan turunnya jatah minyak daerah nanti, bisa membuat harga minyak goreng di semua pedagang bisa merata.

“Kan nanti ada minyak goreng yang subsidi lagi untuk Berau. Dengan datangnya minyak tersebut saya cukup yakin bisa membuat harga akan kembali stabil dan stok akan kembali aman,” lanjut Salim. (aky/sam)