TANJUNG REDEB – Seperti tahun lalu, perayaan Tahun Baru Imlek kembali dilaksanakan secara sederhana.
Di momen pergantian dari tahun Kerbau ke Mancan Air ini, Ketua Kelenteng Tem Pie Kong Tri Dharma, Tanjung Redeb, Suhaidi Wiyono, mengharapkan berkah, bukan hanya bagi warga Tionghoa, tapi untuk warga Berau dan Indonesia pada umumnya, agar wabah Covid-19 segera berlalu.
Diakuinya, perayaan Imlek yang masih di tengah pandemi Covid-19, tidak bias memaksa pihaknya untuk menggelar perayaan dengan meriah. Seperti tahun sebelumnya, Imlek kali ini juga tidak ada pesta barongsai maupun acara yang mengumpulkan orang banyak.
“Sama seperti tahun lalu, hanya dilakukan dengan ibadah saja dan bersih-bersih kelenteng,” ujarnya, Selasa (1/2).
Diketahui pesta barongsai, selalu ramai untuk menjadi tontonan masyarakat. Musik barongsai yang dimainkan, diyakini bias membangunkan singa dan mengusir roh jahat. Selain itu, jika pada tahun- tahun sebelum pandemi, masyarakat Tionghoa juga kerap menerbangkan lampiong yang berisi harapan, tahun ini kembali ditiadakan.
"Intinya tetap khidmat dalam menjalankan ibadah, meski di tengah keterbatasan yang ada," katanya.
Hal tersebut terpaksan dilakukan karena pihaknya tidak ingin muncul klaster baru penyebaran Covid-19. Apalagi saat ini Tanjung Redeb kembali masuk zona kuning. Ditambah adanya imbauan dari pemerintah yang masih tidak boleh mengumpulkan massa.
“Makanya di Hari Raya Imlek atau Tahun Baru China 2573 ini, kami berharap agar pandemi ini segera berakhir,” tuturnya.
Ia menambahkan, tahun ini yang disimbolkan dengan Macan Air, membawa harapan dalam setahun ke depan dapat membawa banyak keberanian dan keberkahan. Keberanian dalam segala hal, baik dalam memulai peruntungan di tengah Covid-19. Selain itu, Macan Air juga memiliki unsur kepekaan dan sangat terbuka terhadap perubahan yang ada.
“Meski tidak seperti beberapa tahun sebelumnya, perayaan di tengah kebersamaan keluarga jauh bisa lebih indah,” tandasnya. (hmd/udi)