TANJUNG REDEB – Dinas Kesehatan (Dinkes) Berau merilis tambahan 14 kasus terkonfirmasi Covid-19 kemarin (8/2).
Dari tambahan 14 kasus tersebut, 6 di antaranya merupakan tambahan dari klaster wisatawan asal Balikpapan, yang sebelumnya berwisata di Pulau Maratua. Yakni dengan kode Berau 13.252, Berau 13.253, Berau 13.254, Berau 13.261, Berau 13.262 dan Berau 13.265. Sedangkan empat orang lainnya merupakan pelaku perjalanan serta empat orang lainnya merupakan tranmisi lokal.
Khusus klaster wisatawan, dari total 21 orang asal Balikpapan tersebut, sudah 10 yang dinyatakan positif Covid-19.
“Pasien dari klaster wisatawan asal Balikpapan, saat ini sedang menjalani isolasi mandiri di salah satu hotel yang ada di Tanjung Redeb,” katanya kemarin.
Sepuluh wisatawan yang positif dan hanya menjalani isolasi mandiri di salah satu hotel, karena gejala yang dialaminya hanya gejala ringan. Namun terus dalam pemantauan tenaga kesehatan dari Pusat Kesehatan Masyarakat (PKM) terdekat, serta dokter dari Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Abdul Rivai.
“Teman-teman mereka yang pergi ke Maratua juga isolasi di sana. Menunggu 5 hari lagi baru akan dites swab ulang,” jelasnya.
Iswahyudi menuturkan, saat ini sudah ada total 32 pasien Covid-19 di Berau. Dari 32 pasien tersebut, hanya satu orang yang menjalani perawatan di RSUD dr Abdul Rivai. “Satu orang itu ada komorbid, makanya dirujuk ke rumah sakit,” paparnya.
Ia menjelaskan, saat ini Berau sulit untuk mengontrol arus keluar masuknya orang, baik melalui udara, laut, dan darat. Sehingga penyebaran dengan mudah terjadi, terlebih pada klaster keluarga. Pasalnya, banyak yang berangkat namun enggan untuk melakukan tes antigen setiba di Berau, dan langsung berkumpul bersama dengan keluarga.
“Ini yang perlu dicegah, kita sudah edukasi. Jangan sampai Berau ‘jebol’ lagi,” bebernya.
Ia melanjutkan, hingga saat ini terdapat empat kecamatan masuk dalam zona kuning. Yakni Tanjung Redeb, dengan 16 pasien, Gunung Tabur 4 pasien, Teluk Bayur 4 pasien, dan Maratua 6 pasien. Ia menegaskan, dengan lengahnya kewaspadaan, resiko penularan semakin besar.
“Kita lengah, menganggap Covid-19 sudah hilang, tapi pada kenyataannya kita kembali jebol,” pungkasnya. (hmd/udi)