TANJUNG REDEB – Masyarakat di Kampung Tembudan, Kecamatan Batu Putih, tidak merasakan adanya minyak goreng (migor) subsidi dari pemerintah.

Saat masyarakat di Kecamatan Tanjung Redeb masih bisa memperoleh migor dengan harga Rp 14 ribu per liter, di sana mereka harus membelinya paling murah Rp 35 ribu untuk ukuran 900 mililiter (ml).

Sulitnya warga di sana untuk mendapatkan migor sudah terjadi dalam beberapa hari terakhir. Bahkan katanya, di kampung sekitar seperti Sumber Agung, Kayu Indah, hingga Talisayan sudah sangat susah mendapatkannya.

Sulitnya lagi, kata salah seorang warga Kampung Tembudan, Yuni, untuk membeli  migor warga juga harus membeli sembako lain yang ada di toko tersebut.

“Merek batik itu dijual Rp 35 ribu, ada juga yang ukuran gelas harganya Rp 8 ribu dan warga harus beli sembako lain dulu, baru bisa beli minyak goreng itu,” ucapnya.

Ia berharap, Pemkab Berau tidak hanya memfasilitasi migor bersubsidi bagi masyarakat yang di perkotaan saja, tapi juga untuk masyarakat kecamatan terjauh.

Sebab kata dia, sulitnya migor banyak dimanfaatkan oleh oknum-oknum tertentu untuk mendapatkan keuntungan lebih.

“Kalau beli dua liter sudah Rp 70 ribu. Jika harga normal saja, tidak usah dibandingkan dengan harga subsidi, sudah dapat empat bungkus minyak goreng,” jelasnya.

Merespons hal itu, Anggota DPRD Berau Dapil III, Sa’ga meminta pemerintah daerah melalui Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait untuk mengawasi lonjakan harga yang cukup signifikan.

Operasi pasar murah pun ditekankannya, jangan hanya berfokus pada daerah kota saja, tetapi harus menjangkau masyarakat yang berada di kecamatan jauh. “Kita berharap supaya ada penyesuaian dan pengawasan yang lebih ketat,” ucapnya, Senin (14/3).

Politikus Partai Persatuan Pembangunan (PPP) ini juga meminta, jangan ada oknum di tengah masyarakat yang memanfaatkan situasi kelangkaan ini untuk mendapatkan keuntungan pribadi dengan menaikkan harga sampai sekian ratus persen dari harga yang telah ditetapkan.

“Kalau ada lonjakan harga seperti itu akan berdampak kepada komoditas yang menggunakan minyak goreng, itu pasti akan tinggi harganya, sehingga dengan kenaikan itu masyarakat akan susah,” pungkasnya. (hmd/sam)