TANJUNG REDEB – Terima informasi soal meroketnya harga minyak goreng (migor) di kawasan pesisir, Dinas Koperasi, Perindustrian, dan Perdagangan (Diskoperindag) Berau langsung gelar pasar murah. Hal itu diharapkan dapat mencegah oknum yang sengaja menaikkan harga minyak goreng di pasaran.
Kepala Diskoperindag Berau, Salim menuturkan, pihaknya telah membawa 1.100 liter migor dari Kecamatan Tanjung Redeb untuk dijual kepada masyarakat di daerah pesisir. "Jadi kita jual sesuai aturan yang berlaku, yakni Rp 13 ribu," katanya dikonfirmasi, Rabu (16/3).
Salim mengaku terkejut mendengar kabar bahwa ada masyarakat yang harus membeli migor 900 mililiter dengan harga Rp 35 ribu. Bahkan dia berharap agar oknum tersebut bisa ditindak tegas oleh kepolisian, karena melebihi harga eceran tertinggi (HET) yang telah ditentukan oleh pemerintah.
“Sebenarnya stok itu banyak. Masyarakat panik membeli dalam jumlah berlebihan, mungkin karena akan menyambut Ramadan sebenarnya biasa saja,” sebutnya.
Pada momen seperti ini, dia berharap tidak ada oknum yang mencari kesempatan dalam kesempitan dengan menjualnya dengan harga yang terlalu besar, terlebih di tengah kesusahan yang dirasakan masyarakat saat ini. “Jangan manfaatkan momen lah, masyarakat juga membutuhkan,” ucapnya.
Dengan harga yang begitu tinggi, Salim memastikan, akan kembali dilakukan pasar murah karena ada beberapa produsen besar yang siap memasok untuk masyarakat tapi masih butuh izin resmi dari Kementerian Perdagangan.
“Kita akan adakan lagi pasar murah. Di Kaltim, hanya Berau yang berani menjual harga Rp 13 ribu per liternya,” klaimnya.
Diberitakan sebelumnya, masyarakat di Kampung Tembudan, Kecamatan Batu Putih, tidak merasakan adanya migor subsidi dari pemerintah.
Saat masyarakat di Kecamatan Tanjung Redeb masih bisa memperoleh migor dengan harga Rp 14 ribu per liter, di sana mereka harus membelinya paling murah Rp 35 ribu untuk ukuran 900 ml.
Sulitnya warga di sana untuk mendapatkan migor sudah terjadi dalam beberapa hari terakhir. Bahkan katanya, di kampung sekitar seperti Sumber Agung, Kayu Indah, hingga Talisayan sudah sangat susah mendapatkannya.
Sulitnya lagi, kata salah seorang warga Kampung Tembudan, Yuni, untuk membeli migor warga juga harus membeli sembako lain yang ada di toko tersebut.
“Merek batik itu dijual Rp 35 ribu, ada juga yang ukuran gelas harganya Rp 8 ribu dan warga harus beli sembako lain dulu, baru bisa beli minyak goreng itu,” ucapnya.
Ia berharap, Pemkab Berau tidak hanya memfasilitasi migor bersubsidi bagi masyarakat yang di perkotaan saja, tapi juga untuk masyarakat kecamatan terjauh.
Sebab kata dia, sulitnya migor banyak dimanfaatkan oleh oknum-oknum tertentu untuk mendapatkan keuntungan lebih.
“Kalau beli dua liter sudah Rp 70 ribu. Jika harga normal saja, tidak usah dibandingkan dengan harga subsidi, sudah dapat empat bungkus minyak goreng,” jelasnya.
Merespons hal itu, Anggota DPRD Berau Dapil III, Sa’ga meminta pemerintah daerah melalui Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait untuk mengawasi lonjakan harga yang cukup signifikan.
Operasi pasar murah pun ditekankannya, jangan hanya berfokus pada daerah kota saja, tetapi harus menjangkau masyarakat yang berada di kecamatan jauh. “Kita berharap supaya ada penyesuaian dan pengawasan yang lebih ketat,” ucapnya, Senin (14/3) lalu.(hmd/sam)