TANJUNG REDEB – Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Masrani, kembali utarakan kalau pihaknya cukup kesulitan untuk mewujudkan sektor pariwisata sebagai penopang utama ekonomi Bumi Batiwakkal.
Saat ini katanya, sektor pariwisata berada di urutan ketiga untuk penyumbang Pendapatan Asli Daerah (PAD) Berau, di bawah pertambangan dan kelapa sawit.
Disebutnya, selain pariwisata bahari, pihaknya juga mengupayakan pengembangan pariwisata budaya dan cagar alam di Kecamatan Kelay dan Segah. Namun untuk menggali potensi wisata yang berada di dua kecamatan tersebut, ialah akses yang masih sulit untuk ditempuh.
Apalagi pembangunan jalan penghubung tidak bisa serta merta dilakukan, karena mayoritas lahan di Kecamatan Kelay dan Segah masuk ke dalam lahan Kawasan Budidaya Kehutanan (KBK), sehingga jika ingin membangun akses maka harus mengubah status lahan lebih dulu.
“Informasi yang saya terima jika di tengah lahan KBK terdapat objek wisata maka alih status itu bisa dipermudah, tetapi saat ini sedang kami upayakan” tuturnya, Minggu (3/4).
Selain itu, juga terdapat kendala pada Sumber Daya Manusia (SDM) dan anggaran yang tersedia. Menurutnya, pengembangan pariwisata membutuhkan dana yang tidak sedikit, sedangkan saat ini anggaran lebih banyak terserap ke sektor kesehatan.
Apalagi sektor pariwisata di Berau sempat babak belur, hingga terpaksa harus tutup sementara karena Covid-19. Tetapi disebutnya juga, saat ini perlahan kunjungan wisatawan sudah mulai meningkat, apalagi sekarang pemerintah pusat juga sudah memberikan kelonggaran bagi pengunjung, dan itu dampaknya sangat besar untuk sektor pariwisata. “Kalau kemajuan perlahan iya, kalau stagnan tidak,” tegasnya. (hmd)