TANJUNG REDEB – Wakil Ketua I DPRD Berau, Syarifatul Syadiah ikut berkomentar mengenai gembar gembor sektor pariwisata akan menggeser sektor pertambangan dan perkebunan, guna menyokong perekonomian Kabupaten Berau.
Menurutnya, bukan tidak mungkin PAD bisa disokong melalui pariwisata. Namun untuk mewujudkan itu, perlu banyak perubahan yang harus dilakukan. Semua stakeholder berperan penting termasuk Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (DPUPR) Berau.
“Kita semua tahu PAD dari pertambangan mencapai 64 persen. Sedangkan pariwisata masih berada di urutan ke tiga,” katanya. Menurut Sari -sapaan akrabnya- inovasi dan kreativitas diperlukan untuk meningkatkan PAD dari sektor pariwisata. Apalagi Berau termasuk beruntung karena memiliki objek wisata yang beragam. Mulai dari wisata alam, hingga wisata bahari yang tidak ada di Kaltim. Sehingga menurut Sari, dengan potensi itu, Berau bisa mendongkrak pariwisata. Terlebih mengingat Berau bisa menjadi penyokong untuk Ibu Kota Negara Nusantara untuk segi pariwisatanya.
“Di Berau ini sudah disediakan, hanya perlu dikelola dan dikembangkan,” ucapnya. Salah satu yang menjadi persoalan untuk meningkatkan kunjungan wisata, yakni akses menuju tempat wisata. Para pelancong banyak mengeluhkan rute jalan yang banyak rusak dan berlubang untuk bisa mencapai destinasi wisata unggulan. Seperti potensi wisata yang ada di Bidukbiduk, termasuk Whale Shark di Talisayan, air panas Bapinang, dan masih banyak lagi. "Kendala jalan menjadi permasalahan inti yang hingga kini belum ketemu jalan keluarnya," ujarnya.
Menurut Politikus Golkar ini, pimpinan daerah harus bisa melobi pusat untuk permasalahan perbaikan akses menuju ke pesisir Berau. Karena jika hanya mengandalkan dari anggaran provinsi tentu tidak mudah, karena anggarannya terbatas. Sedangkan anggaran pusat nilainya tidak terhingga.
“Kita berkaca dari Kabupaten Malinau di Kaltara. Mereka menggunakan anggaran pusat untuk perbaikan jalan. Pemimpin bisa melobi, agar jalan tersebut bisa diambil alih pusat,” jelasnya. “Kami di DPRD siap mendukung,” tambah Sari.
Selain itu, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Berau, diharapkan bisa berinovasi dengan segala kekurangan. Banyak wisatawan dari Bandara Kalimarau langsung menuju ke Tanjung Batu, untuk menikmati keindahan Pulau Derawan dan Maratua, sedangkan Tanjung Redeb tidak dilirik sama sekali, padahal Tanjung Redeb merupakan ibu kota kabupaten.
“Bisa (dikembangkan,red) di Maluang bisa diterapkan sebagai kampung batik, eks kebakaran di Jalan Kapten Tendean, bisa dibangun taman, kan Berau katanya kabupaten ramah anak,” tuturnya.
Mantan Ketua DPRD Berau, periode 2014-2019 ini menambahkan, perlu sumber daya manusia (SDM) yang berani, inovatif, dan kreatif dalam memimpin Disbudpar. Diakuinya, pariwisata di Berau terkesan monoton. “Ini menjadi pekerjaan rumah, apa yang bisa dijual ke wisatawan baik mancanegara maupun lokal,” pungkasnya. (hmd)